KEGAGALAN PERAN LEMBAGA
PENDIDIKANTERHADAP
TERCIPTANYA KADER BANGSA YANG UNGGUL
TERCIPTANYA KADER BANGSA YANG UNGGUL
Jumadi
Staf Pengajar
Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi
UWMY
UWMY
A.
Pendahuluan
Peningkatan
kemampuan untuk mengelola dan mengembangkan lembaga pendidikan sangat dirasakan perlu, termasuk
untuk menggunakan prinsip-prinsip
manajemen modern yang berorientasi pada mutu/kualitas. Bagi para pemilik dan
pengelola lembaga pendidikan, sistem manajemen kualitas seharusnya bermuara pada perbaikan terus menerus
untuk memperkuat dan mengambangkan segala aspek
kualitas tersebut kaizen (Jumadi, 2001)
Lembaga
Pendidikan sebagai wadah untuk menggembleng mental calon pemimpin Bangsa memerlukan
suatu metode pengelolaan yang berbeda dengan pengelolaan instansi non pendidikan, karena dalam
lembaga pendidikan beranggotakan orang yang berilmu dan berpikir rasional, dengan harapan
apa yang dilakukan
adalah berdasarkan cara berpikir ilmiah rasional bukan berdasarkan emosional. Untuk
menjadikan peran pendidikan ini lebih optimal maka seharusnya tanggung jawab tanggung jawab
pendidikan tidak saja beban pemerintah namun oleh seluruh lapisan masyarakat. Masalah
penting yang harus diperhatikan adalah
bagaiman manajemen lembaga pendidikan diatur dalam suatu system yang membuat kegiatan efisien dan efektif sehingga visi
misi dan tujuan dari pada keberadaan
suatu lembaga pendidikan itu dapat tercapai. Untuk menunjang keberhasilan tersebut maka diperlukan
Peraturan-peraturan mempunyai tata
kerja membentuk suatu sistem yang harus ditaati dengan desiplin dan dedikasi semua pihak. Adanya sistim yang baik
maka setidaknya ada jaminan penuh
bahwa pencapaian Visi, misi dan tujuan akan melaju kearah yang sudah ditentukan kalaupun nantinya pergantian
kepemimpinan ditengah perjalanan.
Prasarana dan sarana akademik harus diciptakan sebagai landasan berpijak, disamping landasan mutu lembaga
pendidikan ini terutama sangat ditentukan
oleh peran tenaga-tenaga pendidik yang berkualitas dan berbobot.
B. Kegagalan Proses Pendidikan
Lembaga pendidikan merupakan suatu
lembaga yang diharapkan mampu mengembangkan
ilmu pengetahuan dan memberi sumbangan terhadap pembangunan ternyata ternyata hasilnya kurang menggebirakan hal ini
terbukti
dengan adanya keterpurukan
bangsa ini yang mulai kelihatan sejak adanya krisis moneter yang pada akhirnya
menjadi krisis kepercayaan. Keadaan demikian ini sebenarnya merupakan bukti adanya proses pendidikan
yang kurang beres sehingga
melahirkan pemimpin bangsa yang dapat menterpurukkan bangsanya sendiri. Pemimpin bangsa yang
membuat negara ini terpuruk di karenakan rasa nasionalimenya kurang, kurangnya rasa nasionalisme
merupakan akibat dari kesalahan dalam menanamkan rasa nasionalisme tersebut. Oleh karena itu kesalahan dalam menanamkan
rasa nasionalisme tersebut sebagai salah satu kesalahan atau kegagalan dalam
proses pendidikan. Kegagalan dalam proses pendidikan tersebut berdampak terhadap mental bagi
perserta didik (calon pemimpin bangsa). Contoh konkrit kesalahan dalam penanaman rasa nasionalisme adalah :
Pertama, pada pelaksanaan upacara
bendera setiap hari senin. Subtansi diadakannya upacara bendera adalah untuk menanamkan rasa
nasionalisme yang pada intinya adalah penghormatan terhadap bendera merah putih
dengan diiringi oleh lagu kebangsaan
Indonesia Raya. Namun kenyataan di lapangan untuk mencapai inti dari acara tersebut (penghormatan bendera Merah Putih) di
lalui dengan proses yang sangat panjang
sehingga ketika acara inti tiba peserta sudah dalam kondisi yang tidak prima yang berdampak terhadap tidak kidmatnya penghormatan terhadap Bendera merah putih. Bagai
mana hal ini dapat menggerakkan hati
takkala hal itu tidak secara iklas dan tulus dalam melakukannya. Oleh karena itu seharusnya di rubah
mentode penanaman rasa nasionalisme
jikalau bangsa ini ingin menjadi bangsa yang mempunyai rasa nasional yang tinggi. Oleh karena itu penulis
menawarkan solusi agar penanaman rasa nasional dapat berjalan dengan
efektif seyogyanya mentodenya dirubah dengan
metode yang tidak memberatkan bagi peserta upacara . Upacara dapat dilakukan secara simple kalau perlu metode
tersebut dapat menyentuh hati nurani para
peserta upacara, sehingga rasa nasionalisme akan tertanam secara permanan di hati peserta didik.
Kedua, Kesalahan dalam menanankan
slogan bagi peserta didik oleh pendidiknya sejak SMP sampai dengan SMA atau bahkan sejak
SD peserta didik selalu
di beri slogan oleh sebagian pengajar yang berbunyi TIME IS MONEY,
sebenarnya slogan ini adalah slogan yang menyesatkan bagi peserta didik logika dalam slogan ini adalah waktu
adalah uang sehingga sehingga slogan ini menjadi slogan yang sangat instan yang berdampak terhadap
prilaku jalan pintas (short cut). Seharusnya slogan tersebut dirubah menjadi TIME
IS KNOWLEDGE, KNOWLEDGE IS POWER, DAN POWER
IS MONEY, logika slogan tersebut adalah
waktu adalah ilmu artinya waktu harus digunakan untuk belajar, baru kemudian ilmu adalah kekuatan artinya supaya
menjadi orang atau bangsa yang kuat maka harus berilmu, sehingga dengan
kekuatan ilmu tersebut maka akan
mendatangkan uang. Hal ini kalau saya simpulkan
maka untuk mendapatkan uanga maka kita
harus menjadi kuat, untuk menjadi kuat kita harus berilmu dan untuk berilmu kita harus belajar dan belajar itu
membutuhkan Waktu. Oleh karena itu
jangan heran ketika bangsa ini menjadi bangsa yang lemah karena bangsa ini kurang memanfaatkan waktu untuk mencari
ilmu.
Ketiga, tidak adanya system
pendidikan yang berkelanjutan, hal ini dapat dilihat dari seringnya ganti kurikulum yang tanpa
adanya evaluasi terhadap kurikulum sebelumnya, sehingga setelah diberlakukan kurikulum baru
tersebut tidak
diketahui keburukan dan kebaikan dari kurikulum lama yang ditinggalkan. Kurikulum baru berjalan menggelinding begitu saja
tanpa melihat kebaikan kurikulum lama. Hal
ini di perparah oleh bergantinya mentri maka ganti pula kebijakannya tanpa adanya kesinambungan kebijakan
yang pada akhirnya setiap periode
hanya sebagai periode penjajagan atau ujicoba saja. Mestinya system pendidikan harus menerapkan system yang
berkelanjutan kalau perlu dengan system
learning organizatin change education yang disesuaikan dengan lingkungan yang ada.
C. Trilogi Kepemimpinan
Lembaga
pendidikan sebagai salah satu pencipta kader pemimpin maka lembaga pendidkan
merupakan kunci utama keberhasilan suatu generasi. Ketidak berhasilan kepemimpinan dari
generasi kegenerasi merupakan kegagalan dalam proses pendidikan yang ada, bahkan lebih dari itu
bahwa gegagalan tersebut juga disebakan oeh sitem pendidikan yang dikembangkannya. Untuk
meningkatkan kualitas
pendidikan maka lembaga pendidikan harus mengembangkan kualitas SDM termasuk Guru/Dosen
sebagai sarana untuk melakukan proses transpormasi pendidikan.
Guru/Dosen
bukan hamya sebagai seorang pendidik dan pengajar tetapi sekaligus sebagai seorang
pemimpin harus mempunyai tiga unsur karakter kepemimpinan adapun ketiga karakter yang harus melekat pada seorang dosen/pendidik adalah:
1.
Ingarso sungtulodho
2.
Ing madyo mangun karso
3.
Tutwuri handayani
Ketiga karakter tersebut
sebenarnya sudah lama menjadi jargon dalam pendidikan yaitu sejak jaman Ki Hajar
Dewantara namun Jargon itu hanya sekedar jargon saja tanpa adanya implementasi yang riil, oleh
karena itu apabila bangsa ini ingin bangkit maka seharusnya trilogy yang dikembangkan oleh
Bapak Pendidikan itu di implementasikan oleh semua lapisan masyarakat terutama kalangan
masyarakat pendidikan. Trilogi
kepemimpinan ini sebenarnya telah di adopsi oleh negara barat dengan konsep Total Quality Managemet (TQM).
Kesepadanan
konsep Triloginya Kihajar Dewantara dengan TQM adalah sebagai berikut (Jumadi, 2001)
Trilogi Kihajar
Dewantara
|
Konsep TQM
|
Ingarso sungtulodho
|
Leadership
|
Ing Madyo Mangun Karso
|
Managership
|
Tut Wuri Handayani
|
Entrepreneurship
|
Hal tersebut diatas menunjukkan bahwa konsep
kepemimpinan dalam dunia barat sepadan
dengan konsep Trilogi yang di kembangkan oleh Kihajar Dewantara dan menurut decade perkembangannya bahwa bahwa
Trilogi Yang dikembangkan oleh
Kihajar Dewantara terbukti lebih dulu lahir ketimbang konsep Total Quality Manajemen yang dikembangkan oleh negara
barat.
C.Peningkatan Mutu Pendidikan
Lembaga pendidikan sebagai seuah organisasi akan
berjalan dengan baik jika di kelola dengan baik oleh karena itu perlu adanya
system atau mekanismen dalam
mengelola sehingga dapat menghasilkan out put yang berkualitas. Oleh karena itu system yang digunakan harus dapat
menyesuaikan dengan konsidi yang (Zamit, 1996): Lembaga pendidikan keberadaannya akan dipengaruhi oleh lingkungan
ekonomi, lingkungan social, lingkungan politik, lingkungan budaya dan tehnologi
artinya untuk sebuah lembaga pendidikan dapat beroperasi dengan baik maka perlu dukungan yang kondosif oleh factor tersebut.
Sedangkan untuk melihat seberapa jauh kualitas maka yang menjadi factor adalah:
1.
Input, yang
meliputi, murid, guru, Fasilitas
2.
Proses,
kegiatan belajar mengajar
3.
Out put, lulusan
Menurut hemat
saya bahwa keberhasilan pendidikan tidak berdasarkan pada fasilitas yang ada atau tenaga
pengajar yang ada tetapi kualiatas pendidikan akan ditentukan oleh individu
peserta didik itu sendiri. Oleh kareana itu keberhasilan pendidikan atau kualitas
pendidikan akan berhasil ketika peserta didik sudah tidak memandang dimana dan siapa
yang mendidik tetapi berpandangan tentang apa yang saya dapatkan dari proses ini. Oleh karena itu
peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan cara memotivasi peserta
didik dan menyadarkan bahwa peserta didik hanya akan berhasil apabila ada motivasi
dari dirinya sendiri bukan dari
imbalan atau dari lingkungan. Sehingga untuk mewujudkan hal tersebut harus ada slogan perubahan yang berkesinambungan
mengarah kebaikan dengan semangat dan
kesadaran pribadi.
C. Penutup
Dari Uraian tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan
adalah sebagai berikut :
1.
Sebagai usaha yang untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kualiatas pendidikan maka
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan seharusnya melakukan pemerataan dan kesempatan, pendidikan,
peningkatan kualitas
pendidikan dan efisiensi pendidikan. Khusus untuk perguruan tinggi akan lebih diutamakan
membahas mengenai relevansi pendidikan dengan pembangunan yang dalam langkah pelaksanaannya dikenal
dengan keterkaitan
dan kesepadanan (link and match)serta membuat system pendidikan yang
berkesinambungan dari generasi ke generasi sehingga tidak ketinggalan jejek
2.
Lembaga perlu
mendorong upaya peningkatan kualifikasi tenaga dosen dengan pendidikan lanjutan atau kursus dengan fasilitas yang memadai
agar kualitas sumberdaya dapat
ditingkatkan sehingga secara otomatis akan mendorong peningkatan mutu pendididkan di universitas.
3.
Tuntutan terhadap mutu pendidikan yang terus ditingkatkan sebagai upaya untuk menciptakan output yang
berkualitas dan siap terjun kepasar kerja serta untuk memenuhi standar mutu bukan standar pelayanan
Las Vegas Hotel & Casino - Trip.com
BalasHapusMake your reservation 경산 출장샵 for a one-night stay at the 충주 출장안마 luxurious Wynn 수원 출장안마 Las Vegas Hotel & 양산 출장샵 Casino, with all the amenities to offer, including 하남 출장마사지 free WiFi and Rating: 4.1 · 44 reviews · Price range: from.